Senin, 14 Oktober 2019

Bersama Kita Cegah Bunuh Diri

Kesehatan jiwa sedunia dibuat untuk tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap mental, sehingga bisa mencegah terjadinya penyakit jiwa.

Jelang memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada tanggal 10 Oktober 2019 mengambil tema Mental Health Promotion and Suicide Prevetion atau Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri.


Dr. dr. Fidiansjah M.A Sp.KJ, MPH, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza menjelaskan bahwa promosi kesehatan jiwa, harus digalakkan mulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Berdasarkan data Riskesdas terdapat 1,7 juta ODGJ ( Orang Dengan Gangguan Jiwa ) dari 1000 penduduk. "Deteksi menjadi hal penting, keluarga mesti tahu jangan hanya memperhatikan fisiknya saja tapi juga kondisi jiwa", ujar Fidi.

Hasrat untuk bunuh diri bisa juga bisa terjadi sejak anak-anak dan remaja, motifnya orang bunuh diri beragam, mulai dari gangguan depresi hingga stress berat yang tidak terkontrol.

Narasumber Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Seperti yang pernah dialami Ibu Novy Yulianty, MPSI, Psikologi, seorang psikolog dan penyitas depresi pasca melahirkan, berbagai pengalaman pada waktu mengalami depresi pasca melahirkan karena ibu Novy tidak mau membuka diri.

Selama 3 tahun ( 2012 - 2015 ) dihadapan dengan kondisi dan kenyataan yang tidak pernah diharapkan karena selama ini ibu Novy ingin melahirkan secara normal tetapi kenyataannya harus caesar dan kemudian mendapatkan ASI-nya tidak keluar yang menyebabkan ibu Novy tidak bisa menggendong buah hati dan komentar miring dari orang-orang disekitarnya. 

Kondisi ini  mencapai klimaksnya ibu Novy berniat untuk tidak mau mengurus bayinya dan sampai tidak mau pergi berdua saja bahkan pernah pernah muncul membuang bayinya, tambahnya.

Akhirnya ibu Novy menemukan solusi melalui Motherhope Indonesia karena peranan komunitas juga sangat membantu solusi dalam mengatasi depresi dimana para ibu bisa mengungkapkan masalah dalam mengurus anaknya, tidak hanya berbagi cerita yang 'menyenangkan' saja. Melalui Motherhope ibu Novy menghapus sigma ketika anak usai 2,5 tahun bahwa punya anak itu menyenangkan.

Maka itu ODGJ meski dirangkul dan support agar merasa tidak sendiri dan merasa dibutuhkan. Jadi setiap orang ingin dihargai dan diakui keberadaannya sehingga akan mempengaruhi pada kesehatan jiwa.

Ibu Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., perwakilan dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, menyatakan "hampir 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya". Yang artinya, bahwa satu orang meninggal setiap 40 detik.

Bunuh diri juga menyebabkan kematian nomor dua di dunia diantaranya anak berusia 15 - 29 tahun.

Bunuh diri juga bisa menular ada beberapa penyebabnya antara lain : adanya artis meninggal bunuh diri, adanya bunuh diri dirumah, terlalu banyak berita bunuh diri dan website bunuh diri.

Aplikasi Sehat Jiwa

Pemerintah Indonesia sendiri telah turut peduli dengan kondisi kesehatan jiwa masyarakat Indonesia.

Pada tahun 2015 lalu, bersamaan dengan memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan aplikasi android, Sehat Jiwa yang dapat diunduh secara gratis oleh masyarakat melalui Playstore.

Aplikasi Sehat Jiwa adalah aplikasi gratis dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memberikan informasi mengenai kesehatan jiwa dan solusi yang mudah dan cepat dalam melaporkan atau mengecek apabila terdapat pasien kesehatan jiwa disekitar masyarakat.

Kurangnya tingkat literasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan jiwa menjadi alasan utama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan aplikasi tersebut.

Dengan adanya aplikasi sehat jiwa sangat membantu kesadaran kesehatan jiwa sejak dini sangat penting diperhatikan ditengah maraknya kasus bunuh diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar