Diperingati setiap tanggal 24 Oktober setiap tahunnya, Hari Dokter Nasional (HDN) pada tahun ini merupakan hari dokter nasional yang diperingati ke 71 kalinya.
Peringatan hari dokter nasional bertepatan
dengan terbentuknya Ikatan Dokter Indonesia yaitu pada 24 Oktober 1950 setelah melalui fase yang cukup panjang ditengah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya berjuang untuk memerangi penyakit ditengah penjajahan dan keterbatasan fasilitas kesehatan, para dokter di Indonesia pada masa tersebut juga berjuang untuk memajukan Indonesia, salah satunya dengan memajukan bidang pendidikan dengan mendirikan organisasi Boedi Oetomo.
Pada peringatan hari dokter nasional tahun 2021 dimana perjuangan para dokter kali ini menghadapi tantangan baru yaitu adanya pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum dapat diperkirakan kapan berakhirnya.
Bukanlah sebuah hal yang mudah bagi para dokter untuk menjalani tugasnya masa pandemi dimana angka rasio jumlah dokter di Indonesia terbilang sangat rendah yakni sebesar 0,4 per 1.000 penduduk yang artinya terdapat 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk. Jumlahnya makin mengkhawatirkan karena pandemi Covid-19 sehingga berdampak pelayanan kurang optimal.
dr Ardiansyah dari IDI menyatakan bahwa rasio yang ideal berdasarkan rekomendasi WHO adalah 1 per 1000. Sementara jumlah dokter umum di angka 150 ribuan.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia mencapai 250 juta maka angka rasio 0,5 sampai 0,6 masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang yang sudah mencapai angka rasio 1.
Sementara jumlah dokter yang dibutuhkan sebanyak 270 ribu karena dilihat dari sistem pendidikan kedokteran untuk mendapatkan gelar sarjana membutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun. jadi setiap tahun 12 - 13 ribu lulusan sarjana kedokteran sehingga diharapkan dalam waktu 5 sampai 6 tahun kedepan bisa mencapai rasio sesuai dengan rekomendasi WHO.
Salah seorang dokter yang saya jumpai pada awal maret lalu bertugas di RSDC Wisma Atlet menyatakan bahwa menjadi petugas kesehatan dalam penanganan Covid-19 membuatnya mengalami rasa cemas, gelisah, takut, bahkan mengalami kelelahan dan penurunan berat badan.
Perasaan yang sama juga dirasakan oleh dokter lain yang menjadi relawan di RSDC Wisma Atlet. Karena ada merasa khawatir takut akan tertular Covid-19, namun berusaha menguatkan diri dan menanamkan dalam hati bahwa hal tersebut adalah risiko atas pilihan yang telah dia ambil untuk menjadi relawan penanganan Covid-19. Covid-19 bahkan hampir dua ribu telah merenggut nyawa dokter di Indonesia.
Menjalankan tugasnya dalam menangani pasien Covid-19, para dokter dan tenaga kesehatan lainnya wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) khusus ketika bertugas sehingga mereka harus menahan diri untuk tidak buang air kecil dan besar, serta makan dan minum selama 8 jam atau lebih.
Tantangan tersebut tidak menyurutkan tekad para dokter di Indonesia untuk terus berjuang melawan pandemi Covid-19, tidak hanya berjuang untuk menangani para pasien Covid-19 secara langsung, namun berjuang pula untuk dilengkapi juga dengan berbagai ilmu pengetahuan terbaru di bidang kedokteran mengenai cara tepat menangani Covid-19 sebagai wujud nyata dari sumpah yang telah diikrarkan ketika menjadi seorang dokter yaitu bersumpah untuk membaktikan hidup guna kepentingan perikemanusiaan.
Para dokter masih terus berjuang melawan pandemi Covid-19 hingga saat ini bersama tenaga kesehatan lainnya dengan memotivasi diri sendiri untuk berkerja sebaik mungkin karena memang sudah konsekuensi dalam berkerja dan berharap pandemi ini cepat berakhir.
Dukungan dari semua pihak terus berdatangan buat mereka dalam melakukan pekerjaan sebagai dokter, seperti :
1. Berdoa untuk keselamatan para medis
Doa adalah salah satu cara untuk meminta perlindungan dari Allah untuk para medis untuk keselamatan agar mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
2. Kirimkan karangan bunga
Kirim bunga tidak hanya kepada pacar tapi juga buat para dokter karena bunga juga sebagai simbol kasih sayang dan kelembutan dengan mengirim karangan bunga kepada para dokter akan membangkitkan semangat mereka dalam bekerja.
3. Sumbang alat perlindungan diri
Belilah alat perlindungan diri (APD) seperti masker, sarung tangan, atau hand sanitizer dan kirimkan untuk para dokter karena APD ini amat dibutuhkan mereka saat merawat pasien covid.
4. Donasi untuk para dokter
Sekarang ini gerakan berdonasi APD untuk tim medis gencar dilakukan para semua pihak dengan memanfaatkan platform yang ada atau lembaga yang kredibel.
Yang nantinya mereka akan mengirim APD kepada para dokter yang berada di garda depan.
5. Tetap dirumah aja
Dengan Anda tetap dirumah aja sama halnya ikut memutus rantai penularan virus corona dengan menjaga kebersihan tangan dan lingkungan sekitar, dan anda tetap sehat, maka anda akan meringankan beban para dokter.
Selain itu penanganan penyakit kusta juga menjadi terkendala di masa pandemi maka itu perlu ada jemput bola ke rumah pasien yang tentunya tetap menerapkan prokes agar pasien tetap mendapatkan pelayanan yang optimal, ujar dr Udeng Daman selalu Technical Advisor NLR Indonesia.
Maka itu setiap puskesmas harus mengadakan mapping kesehatan terutama mengenai kusta.
Untuk mewujudkan bebas kusta di Indonesia maka kerjasama dari pemerintah, organisasi dalam melakukan strategis yaitu :
1. Zero Transmission ( menghentikan transmisi)
2. Zero Disability ( mencegah kecacatan pada penderitaan kusta)
3. Zero Exclucution ( mencegah stigma)
Dengan Dukungan dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah sebagai ikhtiarkan untuk menyelamatkan semuanya.
Selamat menjalankan tugas, jaga stamina, tetap semangat dan solid untuk menuntaskan perjuangan menghadapi covid 19.